A. Gerakan Pemuda
Munculnya elit baru di kalangan kaum muda
terpelajar, memunculkan pahaman baru di kalangan mereka. Kalangan elit baru itu
lebih cenderung memilih pekerjaan sebagai guru, penerjemah, dokter, pengacara,
dan wartawan. Munculnya elit baru itu memunculkan pemahaman kebangsaan. Tujuh
tahun setelah didirikannya Budi Utomo, pemuda Indonesia mulai bangkit meskipun
dalam loyalitas kepulauan. Perubahan pesat dan radikal dari
organisasi-organisasi pemuda saat itu semakin meluas untuk mencapai cita-cita
persatuan. Maka pada 30 April – 2 Mei 1926, diadakannya rapat besar pemuda di
Jakarta, yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda Pertama. Kongres itu
diketuai oleh M. Tabrani. Tujuan kongres itu adalah untuk mencapai perkumpulan
pemuda yang tunggal, yaitu membentuk suatu badan sentral dengan maksud
memajukan paham persatuan kebangsaan dan mempererat hubungan antara semua
perkumpulan-perkumpulan pemuda kebangsaan.
Gagasan-gagasan
persatuan dibicarakan dalam kongres itu. Soemarto misalnya, tampil sebagai
pembicara dengan topik “Gagasan Persatuan Indonesia”. Bahder Djohan tampil
dengan topik “Kedudukan Wanita dalam Masyarakat Indonesia”. Nona Adam yang
menyampaikan gagasannya tentang “Kedudukan Kaum Wanita”. Djaksodipoero berbicara
tentang “Rapak Lumuh”. Paul Pinontoan berbicara tentang “Tugas Agama di dalam
Pergerakan Nasional”. Muhammad Yamin berbicara tentang “Kemungkinan
Perkembangan Bahasa-Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia di Masa Mendatang”.
Gagasan
yang disampaikan oleh Yamin dalam kongres itu merupakan pengulangan dari
pidatonya yang disampaikan dalam Lustrum I Jong Sumatranen Bond. Saat itu
pidato Yamin mendapat komentar dari Prof. Dr. Hooykes, bahwa kelak Yamin
menjadi pelopor bagi usaha penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar
dan pergaulan di Indonesia, dan bahasa Belanda akan terdesak oleh karenanya.
Keputusan mendasar dari
Kongres Pemuda I adalah kongres mengakui dan menerima cita-cita persatuan
Indonesia. meskipun belum dinyatakan dengan jelas. Sebagai tindaklanjut dari
kongres itu Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong
Batas, Sekar Rukun, Vereeniging voor Ambonsche Studeerenden dan Komite Kongres
Pemuda I mengadakan pertemuan, pada 15 Agustus 1926. Pertemuan itu belum
membawa hasil yang berarti. Kemudian dibentuklah anggaran organisasi baru yang
bernama Jong Indonesia (Pemuda Indonesia). organisasi baru itu bertujuan untuk
menanamkan cita-cita persatuan Indonesia.
Sementara itu untuk
menghapus penjajahan yang merugikan rakyat Indonesia dibentuklah Perhimpunan
Pelajar-Pelajar di Indonesia (PPPI) di Jakarta, September 1926. PPPI bertujuan
untuk memperjuangkan Indonesia merdeka. Cita-cita hanya dapat tercapai bila
paham kedaerahan dihilangkan dan perselisihan pendapat diantara kaum nasionalis
harus dihapuskan. Aktivitas PPPI meliputi gerakan pemuda, sosial, dan politik.
Ketua perkumpulan itu Soegondo Djojopoepito, tokoh-tokoh lainnya adalah Muh.
Yamin, Abdullah Sigit, Suwiryo, Sumitro Reksodiputro, A.K. Gani, Tamzil,
Sunarko, Amir Syarifuddin, dan Sumanang. Perhimpunan itu sering berkumpul di Indonesische
Clubgebouw yang terletak di Jl. Kramat No 106, Weltevreden. Mereka
mempunyai hubungan antaranggota yang sangat dekat dan tidak formal.
Pada 20 Februari 1927,
pertemuan dilanjutkan, dalam pertemuan itu membahas tentang fusi
antarorganisasi pemuda, akan tetapi hasilnya belum maksimal. Persoalan
kedaerahan masih muncul pada saat itu. Pada tahun itu pula Jong Java mulai
kehilangan peran dominannya dalam gerakan pemuda. Peran itu kemudian diambil
alih oleh PPPI dan Jong Indonesia. Perjuangan pemuda dari tahun 1926-1928
berjalan dengan cepat. Baik dari kalangan muda maupun kalangan tua memandang
bahwa sudah waktunya untuk bersatu. Bahkan untuk merapatkan barisan di tanah
Hindia, para pelajar yang terhimpun dalam Perhimpunan Indonesia kembali ke
tanah air. Diantara mereka adalah Sartono, Moh. Nazif, dan Mononutu. Selama dua
tahun itulah para pemuda mengadakan pertemuan secara intensif di Indonesische
Clubgebouw.
Untuk mempersiapkan rapat tersebut, PPPI mengambil langkah untuk
membentuk panitia rapat pemuda dengan acara mengadakan rapat-rapat terbuka yang
diisi dengan ceramah yang menganjurkan dan menguatkan perasaan persatuan. Pada
Juni 1928, panitia kongres dibentuk. Ketua kongres dipilih Soegoendo
Djojopoespito dari PPPI, Wakil Ketua Djoko Marsaid dari Jong Java, dan
Sekretaris Muh. Yamin dari Sumatranen Bond.
Pada 28 Oktober 1928,
Kongres Pemuda II dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw. Saat
itu kongres dihadir sekitar 1000 orang. Dalam kesempatan itu Muh. Yamin
menyampaikan pidatonya dengan judul “Dari Hal Persatoean dan Kebangsaan
Indonesia”. Pada hari kedua kongres dibicarakan tentang masalah-masalah pendidikan,
pembicara saat itu antara lain Ki Hadjar Dewantara, S. Mangoensarkoro,
Djokosarwono, Ramelan, Mr. Soenario, dan Poernomowoelan.
Dalam rapat-rapat di
PPPI, Yamin selalu menentang ide fusi dari perkumpulan yang ada. Sebagai pemuda
Sumatera Yamin berkeinginan untuk memilih federasi dari perkumpulan-perkumpulan
yang ada. Keinginannya itu lebih cenderung agar perkumpulan lebih bebas
bergerak. Namun saat Kongres Pemuda berlangsung, Yamin berubah pikiran, ketika
itu Mr. Soenario sedang berpidato. Sebagai sekretaris, ia memberi resolusi
dalam rapat itu, yaitu menjunjung tinggi persatuan dan perkumpulan pemuda yang
ada. Adapun isi putusan tersebut adalah:
..........Kerapatan
laloe mengambil kepoetoesan :
Pertama: Kami Poetera
dan Poeteri Indonesia mengakoe bertoempaah darah yang satoe, tanah Indonesia;
Kedoea: Kami Poetera dan
Poeteri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe bangsa Indonesia;
Ketiga: Kami Poetera dan
Poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Keputusan pemuda-pemudi
itu kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda, pada saat itu pula dikumandangkannya
lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dan bendera Merah Putih
digunakan sebagai bendera Pusaka Bangsa Indonesia
Peristiwa Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 itu merupakan puncak pergerakan
nasional. Karena itulah kita memperingatinya sebagai peristiwa bersejarah yang
diperingati setiap tahun hingga saat ini sebagai hari besar nasional. Putusan
kongres itu menjiwa setiap perkumpulan pemuda di Indonesia di kemudian
hari. Selanjutnya organisasi-organisasi pemuda itu mengadakan
persiapan-persiapan untuk mengadakan fusi. Jong Java sebagai organisasi
terbesar dan tertua waktu itu, menyetujui ide fusi itu dalam Kongres ke-11,
tanggal 25-29 Desember 1928 di Yogyakarta. Sebagai kelanjutan kongres itu Jong
Java membubarkan diri dan bergabung dengan Indonesia Muda. Komisi Besar
Indonesia Muda kemudian menyelenggarakan kongres untuk mendirikan badan fusi
yang bernama Indonesia Muda di Gedung Habiprojo Surakarta yang diselenggarakan
pada tanggal 28 Desember hingga 2 Januari 1931. Saat terbentuknya Indonesia
Muda mempunyai 25 cabang di seluruh Indonesia, empat di Sumatera, 21 di
Sulawesi. Yong Islamieten Bond dan Pemuda Muslimin karena suatu alasan tidak
ikut bergabung dalam organisasi gabungan itu.
Dengan berdirinya
Indonesia Muda secara otomatis perkumpulan Jong Java, Jong Celebes,
Perhimpunan Indonesia, dan Pemuda Sumatera membubarkan diri. Tampuk pimpinan
Indonesia Muda kemudian diserahkan kepada Pedoman Besar Indonesia Muda.
Tokoh-tokoh yang menandatangani deklarasi Indonesia Muda itu adalah Kuncara
Purbopranoto, Muhammad Yamin, Jusupadi, Sjahrial, Assat, Suwadji Prawirohardjo,
Adnan Gani, Tamzil, Sujadi, dan Pantouw.
Indonesia Muda bertujuan
membangun dan mempertahankan keinsyafan antara anak bangsa yang bertanah air
satu agar tercapai Indonesia Raya. Untuk mewujudkan tujuan itu dikembangkan
sikap saling menghargai dan memelihara persatuan semua anak Indonesia, dengan
mengadakan kursus-kursus untuk memberantas buta huruf, memajukan olah raga, dan
lain sebaginya. Berdirinya Indonesia Muda itu memberikan inspirasi kepada
tokoh-tokoh pemuda lain untuk mendirikan perjuangan yang lebih luas. Perjuangan
tidak saja menuntut hak-hak sosial, tetapi juga menuntut suatu kemerdekaan bagi
Indonesia Merdeka. Di samping itu Volksraad yang sudah didirikan oleh
pemerintah Belanda (1918) kemudian digunakan oleh pemuda Indonesia yang
tergabung didalamnya untuk membela kepentingan rakyat Indonesia.
Diadakannya Kongres Pemuda II yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda
tersebut nampaknya ikut semakin menyemangati perjuangan organisasi pergerakan
perempuan di Indonesia. Se-ide dengan pelaksanaan Kongres Pemuda II itu
kemudian organisasi-organisasi wanita yang telah berkembang di berbagai daerah
di Indonsia itu mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember
1928, di Pendopo Joyodipuro,Yogyakarta, yang
dipimpin oleh Ny. R.A. Sukanto. Kongres itu diprakarsai oleh Ny. Sukoto, Nyi
Hajar Dewantara, dan Nn. Suyatin. Kongres itu bertujuan untuk menjalin
persatuan di antara perkumpulan wanita, dan memajukan wanita. Dalam Kongres
Perempuan Indonesia I itu dihadiri oleh 30 organisasi wanita. Kongres Perempuan
Indonesia I itu merupakan bagian penting bagi Kesatuan Pergerakan Wanita
Indonesia. Untuk mengenang sejarah kongres perempuan maka pada tanggal 22
Dsember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia.
Pada perkembangan
selanjutnya organisasi itu berubah nama sebagai Perserikatan Perhimpunan Istri
Indonesia (PPPI). Perjuangan organisasi itu semakin kuat dengan didirikannya
Isteri Sedar dan Istri Indonesia. Isteri Sedar didirikan oleh Suwarni
Pringgodigdo (1930), di Bandung. Organisasi itu bertujuan meningkatkan kesadaran
wanita Indonesia untuk memperkokoh cita-cita Indonesia Merdeka. Organisasi ini
sejalan dengan PNI, yang menolak poligami. Selanjutnya Istri Indonesia
didirikan 1932. Organisasi itu didirikan berdasarkan nasionalisme dan
demokrasi. Tujuan Istri Indonesia adalah mencapai Indonesia Raya dan bersikap
kooperatif terhadap pemerintah Belanda. tokoh-tokoh organisasi itu adalah Ny.
Sunaryo Mangunpuspito dan Maria Ulfah Santoso. Kongres Perempuan I dan juga
semakin meningkatnya gerakan organisasi wanita telah ikut mendorong bagi
kemajuan perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kejayaan dan kemerdekaan.
Sementara itu gerakan
organisasi pemuda terus mengalami kemajuan. Pada 31 Desember 1931,
diselenggarakan rapat besar Indonesia Muda. Saat itu Indonesia Muda resmi
didirikan diiringi dengan upacara. Selanjutnya setiap cabang secara khusus
ditanya kesiapannya untuk mendirikan Indonesia Muda. Tepat pukul 12.00 WIB
semua hadirin diminta untuk berdiri dan piagam pendirian Indonesia Muda
dibacakan. Pada saat itu Panji-panji Indonesia Muda berkibar untuk
selama-lamanya diiringi bunyi gamelan, setelah gamelan berhenti semua pemuda
yang hadir menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Pada mulanya perkumpulan Indonesia Muda tidak diperbolehkan terlibat
dalam politik. Tekanan pemerintah terhadap larangan berpolitik mendorong
anggota Indonesia Muda untuk mendirikan perkumpulan lain. Pada 1931,
orang-orang PNI Baru di Malang mendirikan Suluh Pemuda Indonesia yang bercorak
Marhaen. Partindo di Yogyakarta mendirikan Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia
(Perpri). Dari perkumpulan Islam misalnya, berdiri JIB bagian keputrian, Pemuda
Muslim Indonesia, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Perserikatan Ulama,
Pemuda Persatuan Islam, dan Anshor NU. Dari pemuda Kristen misalnya, lahir
Persatuan Pergerakan Pemuda Kristen, sementara pemuda Katholik melahirkan Mudo
Katholik dari partai politik Suluh Pemuda Indonesia, barisan Pemuda Gerindo,
Jajasan Obor Pasundan. Perkumpulan lainnya seperti, Taman Siswa, Persatuan Pemuda
Teknik, Persatuan Putri Cirebon, Kebangunan Sulawesi, dan Minangkabau.
Dalam gerakannya para pemuda
itu melakukan kepanduan. Kepanduan itu berasal dari kepanduan Jong Java, Pemuda
Sumatera, dan organisasi pemuda lainnya. Kepanduan itu mengambil azas dari
kepanduan dunia, yang berisi tentang memberikan pelajaran dalam bentuk segala
permainan dan kecakapan pandu, untuk meningkatkan kesehatan para pemuda.
Disamping itu juga berdiri kepanduan Rakyat Indonesia.